Kliksaya

Palestina, sejarah dan Keutamaan

Written by Izhar
Wednesday, 26 March 2008
Oleh : DR. Muqoddam Cholil, MA

MUQODDIMAH

Segala puji bagi Allah swt, solawat dan salam kepada Rosulullah saw. Rasul pilihan umat serta kepada keluarga dan para sahabat-sahabatnya yang membawa petunjuk serta orang-orang yang mengikuti dan mengambil petunjuk mereka.

Makalah yang ringkas ini merupakan kumpulan dari berbagai buku, rujukan utamanya diambilkan dari buku : Al-Quds Qodiyyatu kulla muslim oleh Dr. Yusuf al-Qardawi, Internet situs www.palestinaonline.com (Hamas), Britannica Encyclopaedia, Enciclopedi Islam, dan lain-lain.

Palestina saat ini diterpa badai penjajahan dan sangat ganas oleh Zionis Internasional yang sekarang ini sedang terjadi pengYahudian secara besar-besaran, merampas seluruh tanah Palestina, menanggalkan baju-baju Islam, melakukan keputusan-keputusan buruk dan hina. Mereka tidak malu membunuh anak-anak, orang-orang tua, bahkan wanita sekalipun apalagi yang terindikasi seorang pejuang.

Dalam makalah yang serba daif ini coba mengingatkan orang-orang yang lalai, lupa agama dan sejarah supaya memiliki rasa tanggungjawab terhadap jantung Islam yang ketiga sehingga mau bertekad untuk hidup mulia atau mati sahid. Sesungguhnya Palestina bukan milik orang Palestina saja walaupun mereka adalah orang-orang yang paling berhak. Tetapi Baitul Maqdis adalah milik setiap orang Islam dimanapun ia berada dibarat maupun di timur.



PERTAMA : KEDUDUKAN BAITUL MAQDIS TERHADAP UMAT ISLAM

Baitul Maqdis dalam akidah umat Islam mempunyai kedudukan yang sangat tinggi. Hal ini sudah disepakati oleh seluruh kaum Muslimin dan seluruh kelompok, mazhab dan aliran-alirannya, dan sudah merupakan ijmak umat dari satu ujung dunia sampai ke ujung dunia yang lain. Maka tidaklah mengherankan apabila seluruh kaum muslimin selalu konsisten dalam membela, ingin sangat (ghairah), melindungi tanah, kehormatan dan kesucian Baitul Maqdis serta mengorbankan jiwa, raga dan harta benda dalam melindungi dan mengusir para penjajah. Kita tidak akan pernah lupa kepada Umar bin al-Khottob r.a pembuka al-Quds, Solahuddin al-Ayyubi Pembebas al-Aqsa, dan ribuan bahkan jutaan umat Islam sepanjang zaman, begitu juga Hamas.

1. BAITUL MAQDIS KIBLAT PERTAMA UMAT ISLAM

Di Madinah terdapat saksi sejarah yang nyata yang menguatkan peristiwa perpindahan kiblat , yaitu Masjid Qiblatain (Masjid dua kiblat) yang mana di situlah kaum muslimin mendirikan satu solat, setengahnya menghadap ke Baitul Maqdis dan setengahnya lagi menghadap ke Ka'bah di Makkah. Sampai sekarang Masjid ini tetap berdiri.

Pemindahan Kiblat ini telah mencetuskan bantahan dan kekisruhan orang-orang Yahudi di Madinah, namun hal ini langsung dijawab di dalam Al Qur'an dengan mengatakan bahwasanya seluruh arah adalah hak Allah dan Dia-lah yang menentukan, Firman Allah swt maksudnya :
"Orang-orang yang kurang akalnya di antara manusia akan berkata: "Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulunya mereka telah berkiblat kepadanya?",Katakanlah "Kepunyaan Allah-lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya kejalan yang lurus... dan Kami tidaklah menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah dan Allah tidak akan mensia-siakan imanmu" (QS,Al-Baqarah:142-143).

Mereka (orang Yahudi) telah berkata: "Sesungguhnya solat-solat kaum Muslimin pada tahun-tahun sebelum ini (sebelum pemindahan kiblat) telah hilang dan sia-sia, karena solat tersebut tidak ditujukan ke arah kiblat yang benar", maka Allah menjawab:
Wama kanallahu liyudi’a imanakum "Dan Allah tidak akan mensia-siakan imanmu" (al-Baqarah) (lmanmu di sini bererti "solat kamu" karena solat tersebut adalah telah dihadapkan ke kiblat yang benar dan diridhoi oleh Allah SWT.


2. BAITUL MAQDIS SEBAGAI NEGERI ISRA' DAN MI'RAJ

Perkara yang kedua terbayang dalam jiwa dan kesadaran kaum muslimin adalah bahwa Allah telah menjadikan Baitul Maqdis sebagai perhentian terakhir perjalanan Isra' di bumi dan permulaan perjalanan Mi'raj ke langit. Iradah Allah SWT telah menghendaki untuk memulai perjalanan Isra' Muhammad di bumi pada malam yang penuh berkat itu dari Masjidil Haram di Mekah. Allah menghendaki akhir terminal perjalanannya di bumi di Masjidil Aqsa. Hal tersebut bukan sesuatu yang kebetulan atau sia-sia, tetapi ia merupakan peraturan Ilahi dan demi hikmat rabbani, yaitu supaya penutup para Rasul, Nabi SAW bertemu dengan para Rasul dan baginda menjadi imam mereka dalam solat. Hal ini merupakan isyarat pemberitahuan tentang pemindahan kepemimpinan agama bagi dunia dari Bani Israel kepada umat yang baru, Rasul yang baru, Kitab yang baru, yaitu umat sedunia, Rasul sedunia dan Kitab sedunia, sebagaimana firman Allah SWT:
Wama arsalnaka illa rahmatan lil’ Alamin.
"Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi sekalian alam"

Nas Al-Qur'an telah mengabadikan awal dan akhir perjalanan ini dengan jelas dalam surat yang mengambil nama perjalanan ini sendiri iaitu "Surat Al-Isra' "
"Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkati sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda kebesaran Kami"
(Q S, Al-Isra ': 1)

Ayat ini tidak menyebut sifat apa-apa terhadap Masjidil Haram sedangkan ia mengandungi keberkatan-keberkatan dan kemuliaan-kemuliaan, tetapi ayat tersebut hanya menyebut sifat-sifat Masjidil Aqsa dengan perkataan yang Kami berkati. "Yang telah Kami berkati sekelilingnya". Oleh itu, apabila sekeliling masjid ini diberkati, apatah lagi terhadap Masjidil Haram itu sendiri.

Kisah Isra' dan mi'raj adalah kaya dengan tanda-tanda dan isyarat-isyarat yang menunjukkan akan ketinggian kedudukan tempat yang berkat ini, di mana disanalah Malaikat Jibril mengikatkan Buraq yaitu hewan ajaib yang menjadi alat pengangkutan Rasul SAW dari Mekah ke Baitul Maqdis. Buraq tersebut diikatkan oleh Jibril di Sakhrah (bukit batu) hingga Rasul SAW kembali dari perjalanannya yang terakhir yang bermula dari Baitul Maqdis atau Masjidil-Aqsa menuju ke langit yang paling tinggi di Sidratul Muntaha.

Sekiranya perjalanan ke Baitul Maqdis tidak mengandungi suatu hikmah maka adalah sangat memungkinkan untuk Mi'raj dari Makkah ke langit secara langsung, tetapi "perjalanan melalui" tempat suci ini mengandungi suatu maksud dan hikmah yang tinggi, sebagaimana yang telah diisyaratkan oleh Al Qur' an dan Hadis.



 
Copyright  © 2007 | Design by uniQue             Powered by    Login to Blogger